Assalamualaikum
Aku ingin menceritakan sedikit kisah ku
Kelas 3 SD masih teringat sampai sekarang aku tinggal di Jambi dirumah nenek. Kami yang menghuni rumah nenek karena nenek di Kerinci. Ayah, mama, dan aku tinggal disana. Namun ayah kerja di Tungkal, Jambi sebagi kontraktor disana. Sesuai dengan jurusan ayah sewaktu kuliah yaitu jurusan arsitek sedikit banyak ayah mengetahui tentang bangunan dan mendesain sebuah bangunan. Ayah pulang 1 kali seminggu ke Jambi untuk mengunjungi ku dan mama. Aku sekolah di SD Negeri 72 Mandalo Darat, Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Sebagai murid baru tentu nya sedikit malu dan merasa asing. Waktu itu yang ku kenal hanya Puthy yang satu komplek dengan ku, hanya saja Puthy tidak sekolah disana. Aku di tempatkan dikelas unggul. Karena semasa sekolah lama ku, aku selalu mendapat peringkat pertama.
Aku kesekolah selalu naik angkot diantar sama mama setiap pagi dan dijemput sama ayah pulang nya kalau ayah tidak bekerja. Karena saat itu kami belum punya motor. Ayah dengan setia menunggu saat pulang sekolah, karena aku baru disana belum tau dan belum mengenal wilayah disana. Sungguh susah perjalanan hidup kami, dengan tinggal rumah nenek yang sangat kecil, namun aku mensyukuri nya. Karena sesungguhnya orang diluar sana tidak memiliki tempat tinggal untuk mereka tidur dan beristirahat. Walaupun hanya numpang, namun patut disyukuri.
Tidak memiliki kendaraan pribadi tidak akan mati. Walaupun aku sedikit minder dengan teman-teman yang orang tua nya kaya, namun aku harus bisa menerima kenyataan hidup. Namun dengan penghasilan ayah yang sudah lumayan akibat selalu menabung, kami membeli motor untuk kepentingan kami sekeluarga. Makan seadanya, mama juga harus memberi makan adik ayah yang bungsu. Karena pada saat itu adik nya ayah kuliah UNJA.
Tidak terlalu banyak penghasilan kami saat itu. Kami berdagang keliling pasar atau balai. Aku masih ingat sampai sekarang aku selalu membantu mama membungkuskan gula pasir dan mengikatnya dengan karet. Dengan cepat dan ligatnya aku melakukannya. Aku suka ikut mama kebalai-balai yang ada di Kerinci. Karena saat itu ayah di Malaysia bekerja disana sebagai teknisi disebuah perusahaan yang dikelola oleh orang Cina. Aku juga pernah menjual kolak dan bubur cemara saat SD. Membantu mama jualan. Aku bawa keliling barang dagangan ku disetiap kelas bahkan didalam kantor guru. Aku tidak pernah malu untuk melakukannya. Selagi rezeki itu halal kenapa harus malu.
Memiliki teman baru yang sedikit nyeleneh dikelas, memang tantangan yang luar biasa buat ku. Sebut saja Marini, dia ketua kelas. Dia memang orang kaya, peringkat 1 dikelas, menjadi seorang bintang disekolah, cantik, dan sangat hobi menari. Setiap kali ada kesempatan misalnya pada saat istirahat dia dan teman-teman sesamanya menari-nari dengan tarian yang diciptakannya sendiri. Mereka murid lama disana sudah terbiasa akan melihatnya, dan tidak peduli apa yang mereka lakukan. Sedangkan ku waktu itu dengan lucunya aku melihat mereka menari yang tidak jelas hanya dihadapan kami membuat Marini sangat kesal kepada ku saat aku menertawai tarian mereka. Saat itu dia sangat membenci ku. Tapi aku tidak peduli, karena sebagian dari murid dikelas itu tidak menyukai genk mereka. Suatu ketika aku berbisik dengan teman sebangku ku yang kebetulan juga sesama Kerinci tapi tidak sedaerah, "Kenapa sih Marini itu dan teman-temanya? Apakah memang populer disini?" "Bukan populer, tapi karena wali kelas kita selalu membanggakan dia jadinya ngelunjak gitu" jawab Desi.
Menceritakan wali kelas ku, dia orang batak. Jujur aku lupa dengannya karena saking aku membenci ibu itu. Maaf bukan bermaksud untuk menghina atau menjelekkan guru, tapi dibandingkan dengan guru ku di Kerinci walaupun orang desa, tetap saja guru ku paling cakep. Tidak usah mendeskripsikannya bagaimana ciri-ciri nya. Dia itu hanya memuji Marini terus-terusan, Marini yang paling hebat bagi dia, dan yang lainnya dihiraukan. Setiap pelajarannya apalagi pelajaran Matematika nilai ku selalu nol dengan ibu itu. Kenapa? Ya mengapa tidak? Dia tidak memberikan aku buku pelajaran yang bersangkutan, tidak pegangan, susah aku belajarnya. Yang ku handalkan buku catatan. Itu pun tidak jelas apa yang di catat dan dijelaskannya. Mama emosi saat melihat nilai ku dibuku latihan Matematika. Mama langsung mendatangi ibu kepala sekolah untuk meminta kejelasan. Mengapa nilai ku seperti ini. Aku selalu nangis saat pulang dari sekolah, itu lah penyabab utama mama marah. Aku jelaskan semuanya kepada kepala sekolah. Saat itu lah wali kelas diganti, dan wali kelas yang lama dipindahkan. Aku tidak tau apakah dipindahkan dari sekolah atau pindah menjadi wali kelas di kelas lain. Yang jelas aku lega karena tidak bertemu dengan ibu itu. Kepala sekolah langsung meminjami ku buku-buku yang aku butuhkan dari perpustakaan. Aku menjadi sangat rajin saat itu. Mama mulai lega melihat ku yang sudah rajin dan nilai ku selalu bagus saat diganti wali kelas dan diberi buku pegangan. Nilai Marini semakin menurun, tidak seperti dulu lagi. Teman-teman dikelas ku sepertinya semangat sekali belajr dengan ibu guru baru.
Saat nya tiba untuk ujian semester satu, enam bulan sudah aku sekolah disana. Sebelum ujian banyak persiapan yang harus saya lakukan. Ingat bukan persiapan bikin jimat, contekan atau kepek-an, tapi belajar dengan sungguh-sungguh. Aku ingat saat guru ku bilang "Baca dan isi soal-soal yang ada dibuku, dan pahami. Minjam soal-soal ujian ke kakak kelas mu untuk soal kelas 3 agar kamu mudah mengisi nya." Itu aku coba lakukan, dan karena kebetulan Mak Cik ku adalah guru honor di sekolah SD juga. Aku minta bantu dengan Mak cik untuk meminjamkan ku soal-soal ujian yang tahun sebelumnya. Aku pelajari, pahami, dan hapalkan biar mudah mengisi lembar jawaban dan tidak lupa. Alhasil semua yang aku pelajari 98% masuk dalam saol ujian. Tau kah bahwa saat pengambilan rapor aku mendapatkan peringkat pertama. Mukjizat yang luar biasa.
Sabtu sore setelah pengambilan rapor, ada kabar dari Kerinci kalau ayah lulus sebagai PNS di PU Kabupaten Kerinci. Saat itu ayah ku tidak tau sama sekali kalau ia menang. Karena ayah kerja di Tungkal, sedangkan bahan-bahan dan surat-surat untuk tes dia tidak tahu. Ternyata adik ayah yang membantu. Dua mukjizat yang didapatkan pada hari itu. Saat itu lah ayah langsung pulang ke Jambi dan akan pulang ke Kerinci. Sedangkan aku harus pindah ke Kerinci. Kami sekeluarga pindah ke Kerinci sampai sekarang. Sampai aku punya adik yang ganteng sekali, nama nya Rahman Rienal Sidiqqi.
Ini cerita yang fakta. Ini terjadi pada tahun 2003
Kami berawal dari yang susah. Dimana ayah banting tulang bekerja mencari nafkah di daerah orang. Di tungkal sana, bolak-balik Jambi-Tungkal. Namun pada saat ayah lulus tes sebagai PNS kehidupan mulia berubah. Roda sekarang telah diatas. Namun tantangan dan rintangan tetap ada. Banyak hasutan untuk uang haram yang akan masuk kedalam saku. Namun alhamdulillah Allah selalu menjaga manuasia nya yang ikhlas untuk memperoleh rezeki Allah, Allah melindungi ayah ku dari hasutan para pejabat yang koruptor, dan uang suap yang diberikan para kontraktor. Alhamdulillah ayah bersih dari korupsi. Sering kali ayah di periksa di kantor polisi bersama pejabat-pejabat, tapi Alhasil bersih dari uang haram. Tidak ada bukti, walaupun banyak yang ingin menjatuhkan ayah dengan menuduh yang bukan-bukan.
Sekian dulu. Sambung pada edisi curhat yang lainnya.
Semoga bermnafaat
NB: Hidup Seperti roda berputar kadang diatas kadang dibawah. Disaat kita dibawah kita minta lah kepada Allah rezeki yang halal dan permudahkan untuk mendapatkannya. Namun saat diatas jangan lupa bersyukur atasa rezeki yang telah diberikan. Jangan menjadi kacang yang lupa kulit. Allah tidak akan mengubah nasib seseorang apabila orang tersebut tidak berusaha untuk mengubah nya.
Assalamualaikum \(^_^)/
Sedikit cuplikan. Jadi saya perlihatkan foto ya